Sinopsis Raya and The Last Dragon

Raya and The Last Dragon – Film kartun terkini Disney, sah dirilis mulai Rabu (3/3). Film hal yang demikian menandakan upaya pencarian naga untuk mendamaikan dan menyelamatkan manusia. Berikut sinopsis film di cinefilmes.org.

Dulu kala, manusia dan naga hidup berdampingan di negeri Kumandra. Tapi, dikala daya jahat mengancam negeri itu, para naga semestinya berjuang mengorbankan diri mereka demi menyelamatkan manusia.

Sekarang, 500 tahun kemudian, daya jahat itu kembali mengusik ketentraman Kumandra dan nasib mereka bertumpu pada Raya (Kelly Marie Tran).

Sinopsis Raya and The Last Dragon

Bersama teman loyalnya, Tuk Tuk, dan sebagian sahabat yang Dia temui selama di perjalanan, mereka berjuang bersama sang naga terakhir, Sisu (Awkwafina) demi mempersatukan kembali tanah Kumandra.

Perjalanan itu malah penuh diwarnai keseruan, seperti dikala Raya menemukan bayi sedang menangis di satu ruas jalan. Tidak dikira, bayi itu terbukti perkasa dan segera menendang wajah Raya sampai perempuan itu tersungkur.

Sesudah menyadari kecakapan luar umum bayi itu, Raya menyadari bahwa si kecil kecil hal yang demikian bisa diajak berprofesi sama untuk memecahkan perang di kampung halamannya.

Raya kemudian bercerita bahwa ketegangan di kampung halamannya telah dinikmati semenjak lama. Ayah Raya kemudian berkata kepadanya bahwa warga sekitar sesungguhnya dapat bersatu kembali, namun semestinya ada yang berani mengambil langkah pertama.

Jalan Cerita Film

Dia kemudian nampak masuk ke dalam sebuah goa, mau bisa menemukan sang naga terakhir. Dia walhasil berjumpa dengan seekor naga bernama Sisu. Sesudah mendengar cerita Raya, Sisu meragukan energinya sendiri.

Menyuguhkan pelbagai unsur unik yang terinspirasi dari estetika alam serta kekayaan kebiasaan khas Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sebagian bakat asal Indonesia terlibat aktif dalam pembuatan film ini.

Mulai dari pekerja seni Griselda Sastrawinata, kembali terlibat dalam pembuatan film ini sebagai visual development artist bersama Luis Logam sebagai story artist.

Sebagian tokoh aktivis kebiasaan juga terlibat dalam film ini, seperti Dewa Berata dan Emiko Susilo. Keduanya menjadi komponen dari regu konsultan, lebih-lebih dalam hal kebiasaan Indonesia, tari dan upacara tradisional, serta musik gamelan.

Keragaman ini nampak dalam motif, warna, arsitektur, makanan, sampai skor, kultur dan adat istiadat yang sungguh-sungguh dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Asia Tenggara.

Tulisan ini dipublikasikan di Film Animasi dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *